Setiap sistem atau zat
mempunyai energi yang tersimpan didalamnya. Energi potensial berkaitan dengan
wujud zat, volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan karena atom – atom
dan molekulmolekul dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total dari semua
bentuk energi itu disebut entalpi (H) .
Entalpi akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari
zat. Misalnya entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es
ditulis H H20 (s).
Perhatikan lampu spiritus, jumlah panas atau
energi yang dikandung oleh spiritus pada tekanan tetap disebut entalpi
spiritus. Entalpi tergolong sifat eksternal, yakni sifat yang bergantung pada
jumlah mol zat. Bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batubara mempunyai isi
panas atau entalpi.
Entalpi (H) suatu zat ditentukan oleh jumlah
energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat
diukur. Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau
pelepasan kalor dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH)
” . Misalnya pada perubahan es menjadi air, maka dapat ditulis sebagai
berikut:
Δ H = H H20 (l) -H H20 (s) (7)
Marilah kita amati reaksi pembakaran bensin di
dalam mesin motor. Sebagian energi kimia yang dikandung bensin, ketika bensin
terbakar, diubah menjadi energi panas dan energi mekanik untuk menggerakkan
motor.
Demikian juga pada mekanisme kerja sel aki. Pada
saat sel aki bekerja, energi kimia diubah menjadi energi listrik, energi panas
yang dipakai untuk membakar bensin dan reaksi pembakaran bensin menghasilkan
gas, menggerakkan piston sehingga menggerakkan roda motor.
Gambar 10 berikut ini menunjukkan diagram
perubahan energi kimia menjadi berbagai bentuk energi lainnya.
Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat
ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan dengan cara
mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada perubahan es menjadi
air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air, ΔH
adalah positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari
pada entalpi es.
Termokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang
mempelajari perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi. Pada perubahan kimia
selalu terjadi perubahan entalpi. Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar
dengan selisih antara entalpi hasil reaksi dam jumlah entalpi pereaksi.
Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi
menjadi lebih besar, sehingga ΔH positif. Sedangkan pada
reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil, sehingga ΔH
negatif. Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut kalor reaksi.
Kalor reaksi untuk reaksi-reaksi yang khas disebut dengan nama yang khas pula,
misalnya kalor pembentukan,kalor penguraian, kalor pembakaran, kalor pelarutan
dan sebagainya.
Suatu reaksi kimia dapat dipandang sebagai suatu
sistem yang terdiri dari dua bagian yang berbeda, yaitu pereaksi dan hasil
reaksi atau produk. Perhatikan suatu reaksi yang berlangsung pada sistem
tertutup dengan volume tetap (ΔV = 0), maka sistem tidak
melakukan kerja, w = 0. Jika kalor reaksi pada volume tetap dinyatakan dengan
qv , maka persamaan hukum I termodinamika dapat ditulis:
ΔU = qv + 0 = qv = q reaksi (8)
q reaksi disebut sebagai kalor
reaksi. Hal ini berarti bahwa semua perubahan energi yang menyertai reaksi akan
muncul sebagai kalor. Misal: suatu reaksi eksoterm mempunyai perubahan energi
dalam sebesar 100 kJ. Jika reaksi itu berlangsung dengan volume tetap, maka
jumlah kalor yang dibebaskan adalah 100 kJ.
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung dalam sistem
terbuka dengan tekanan tetap (tekanan atmosfir). Maka sistem mungkin melakukan
atau menerima kerja tekanan – volume, w = 0). Oleh karena itu kalor reaksi pada
tekanan tetap dinyatakan dengan qp , maka hukum I termodinamika dapat ditulis
sebagai berikut:
ΔU = qp + w atau qp = ΔU – w = q reaksi (9)
Untuk menyatakan kalor reaksi yang berlangsung
pada tekanan tetap, para ahli mendefinisikan suatu besaran termodinamika yaitu entalpi
(heat content) dengan lambang “H”
Entalpi didefinisikan sebagai jumlah energi
dalam dengan perkalian tekanan dan volume sistem, yang dapat dinyatakan:
H = U + P V (10)
Reaksi kimia termasuk proses isotermal, dan bila
dilakukan di udara terbuka maka kalor reaksi dapat dinyatakan sebagai:
qp = Δ H (11)
Jadi, kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan
tetap sama dengan perubahan entalpi. Oleh karena sebagian besar reaksi
berlangsung pada tekanan tetap, yaitu tekanan atmosfir, maka kalor reaksi
selalu dinyatakan sebagai perubahan entalpi (ΔH).
Akibatnya, kalor dapat dihitung dari perubahan
entalpi reaksi, dan perubahan entalpi reaksi yang menyertai suatu reaksi hanya
ditentukan oleh keadaan awal (reaktan) dan keadaan akhir (produk).
q = ΔH reaksi = Hp-Hr (12) Contoh:
Suatu reaksi berlangsung pada volume tetap disertai penyerapan kalor sebanyak 200 kJ. Tentukan nilai Δ U , Δ H, q dan w reaksi itu
Jawab:
Sistem menyerap kalor sebanyak 200 kJ , berarti q = + 200 kJ
Reaksi berlangsung pada volume tetap , maka w = 0 kJ.
ΔU = q + w
= + 200 kJ + 0 kJ = 200 kJ Δ H = q = + 200 kJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar