TERMOKIMIA
Pembakaran Sempurna dan Tak Sempurna
Pembakaran
bahan bakar dalam mesin kendaraan atau dalam industri tidak terbakar sempurna.
Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon (bahan bakar fosil) membentuk karbon
dioksida dan uap air. Sedangkan pembakaran tak sempurna membentuk karbon
monoksida dan uap air. Misalnya:
a. Pembakaran sempurna
isooktana:
C8H18
(l) +12 ½ O2 (g) –> 8 CO2 (g) + 9 H2O (g) ΔH = -5460 kJ
b. Pembakaran tak sempurna
isooktana:
C8H18
(l) + 8 ½ O2 (g) -> 8 CO (g) + 9 H2O (g) ΔH = -2924,4 kJ
Dampak
Pembakaran tak Sempurna
Sebagaimana
terlihat pada contoh di atas, pembakaran tak sempurna menghasilkan lebih
sedikit kalor. Jadi, pembakaran tak sempurna mengurangi efisiensi bahan bakar.
kerugian lain dari pembakaran tak sempurna adalah dihasilkannya gas karbon
monoksida (CO), yang bersifat racun. Oleh karena itu, pembakaran tak sempurna
akan mencemari udara.
Kalor Pembakaran
Reaksi kimia yang umum digunakan untuk
menghasilkan energi adalah pembakaran, yaitu suatu reaksi cepat antara bahan
bakar denga oksigen yang disertai terjadinya api. Bahan bakar utama dewasa ini
adalah bahan bakar fosil, yaitu gas alam, minyak bumi, dan batu bara. Bahan
bakar fosil itu berasal dari pelapukan sisa organisme, baik tumbuhan atau
hewan. Pembentukan bahan bakar fosil ini memerlukan waktu ribuan sampai jutaan
tahun.
Bahan bakar fosil terutama terdiri atas senyawa
hidrokarbon, yaitu senyawa yang hanya terdiri atas karbon dan hidrogen. Gas
alam terdiri atas alkana suku rendah terutama metana dan sedikit etana,
propana, dan butana. Seluruh senyawa itu merupakan gas yang tidak berbau. Oleh
karena itu, kedalam gas alam ditambahkan suatu zat yang berbau tidak sedap,
yaitu merkaptan, sehingga dapat diketahui jika ada kebocoran. Gas alam dari
beberapa sumber mengandung H2S, suatu kontaminan yang harus disingkirkan
sebelum gas digunakan sebagai bahan bakar karena dapat mencemari udara.
Beberapa sumur gas juga mengandung helium.
Minyak bumi adalah cairan yang mengandung
ratusan macam senyawa, terutama alkana, dari metana hingga yang memiliki atom
karbon mencapai lima puluhan. Dari minyak bumi diperoleh bahan bakar LPG
(Liquified Petroleum gas), bensin, minyak tanah, kerosin, solar dan lain-lain.
Pemisahan komponen minyak bumi itu dillakukan dengan destilasi bertingkat.
Adapun batu bara adalah bahan bakar padat, yang terutama, terdiri atas
hidrokarbon suku tinggi. Batu bara dan minyak bumi juga mengandung senyawa dari
oksigen, nitrogen, dan belerang.
Bahan bakar fosil, terutama minyak bumi,
telah digunakan dengan laju yang jauh lebih cepat dari pada proses
pembentukannya. Oleh karena itu, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan
segera habis. Untuk menghemat penggunaan minyak bumi dan untuk mempersiapkan
bahan bakar pengganti, telah dikembangkan berbagai bahan bakar lain, misalnya
gas sintesis (sin-gas) dan hidrogen. Gas sintetis diperoleh dari gasifikasi
batubara. Batu bara merupakan bahan bakar fosil yang paling melimpah, yaitu
sekitar 90 % dari cadangan bahan bakar fosil. Akan tetapi penggunaan bahan
bakar batubara menimbulkan berbagai masalah, misalnya dapat menimbulkan polusi
udara yang lebih hebat daripada bahan bakar apapun. Karena bentuknya yang padat
terdapat keterbatasan penggunaannya. Oleh karena itu, para ahli berupaya
mengubahnya menjadi gas sehingga pernggunaannya lebih luwes dan lebih bersih.
Gasifikasi batubara dilakukan dengan mereaksikan
batubara panas dengan uap air panas. Hasil proses itu berupa campuran gas CO,H2
dan CH4.
Sedangkan bahan sintetis lain yang juga banyak
dipertimbangkan adalah hidrogen. Hidrogen cair bersama-sama dengan oksigen cair
telah digunakan pada pesawat ulang-alik sebagai bahan bakar roket pendorongnya.
Pembakaran hidrogen sama sekali tidak memberi dampak negatif pada lingkungan
karena hasil pembakarannya adalah air. Hidrogen dibuat dari air melalui reaksi
endoterm berikut:
H2O (l) —> 2 H2 (g) + O2 (g) ΔH = 572 kJ
Apabila energi yang digunakan untuk menguraikan
air tersebut berasal dari bahan bakar fosil, maka hidrogen bukanlah bahan bakar
yang konversial. Tetapi saat ini sedang dikembangkan penggunaan energi nuklir
atau energi surya. Jika proyek itu berhasil, maka dunia tidak perlu khawatir
akan kekurangan energi. Matahari sesungguhnya adalah sumber energi
terbesar di bumi, tetapi tekonologi penggunaan energi surya belumlah komersial.
Salah satu kemungkinan penggunaan energi surya adalah menggunakan tanaman yang
dapat tumbuh cepat. Energinya kemudian diperoleh dengan membakar tumbuhan itu.
Dewasa ini, penggunaan energi surya yang cukup komersial adalah untuk pemanas
air rumah tangga (solar water heater). Nilai kalor dari berbagai jenis
bahan bakar diberikan pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Komposisi dan nilai
kalor dari berbagai jenis bahan bakar
Jenis
Bahan Bakar
|
Komposisi
(%)
|
Nilai
Kalor
(kJ
per gram)
|
||
C
|
H
|
O
|
||
Gas Alam
|
70
|
23
|
0
|
49
|
Batu Bara (Antrasit)
|
82
|
1
|
2
|
31
|
Batu Bara (bituminos)
|
77
|
5
|
7
|
32
|
Minyak Mentah
|
85
|
12
|
0
|
45
|
Bensin
|
85
|
15
|
0
|
48
|
Arang
|
100
|
0
|
0
|
34
|
Kayu
|
50
|
6
|
44
|
18
|
Hidrogen
|
0
|
100
|
0
|
142
|
Sumber : http://www.chem-is-try.org/kategori/materi_kimia/kimia_fisika1/termokimia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar